[?] Jika kamu ditanya, maka yakini dan jawablah:
Allah ber-Istiwa di atas arsy-Nya, tinggi menetap di sana. Allah tidak membutuhkan Arsy sebagaimana Allah dahulu sebelum menciptakan alam semesta, Ia sendirian. Keliru bagi sebagian orang yang mengatakan Allah berada di mana-mana, karena ini berkonsekuensi bathil terhadap Allah.
Jika ini terlalu sulit, maka tanyakan pada fitrah kita yang masih murni, di mana Allah? maka lisan dan hati kita akan menunjuk ke atas langit.
Segala sesuatu terjadi berdasarkan Qadarullah. Dahulu Allah sendirian, kemudian Ia menciptakan Pena dan Kitab, Allah pun memerintahkan Pena untuk menulis, "Tulislah takdir seluruh makhluk dari awal hingga akhir!", inilah kitab yang disebut sebagai lauhul mahfuzh (ummul kitab), yang isinya ialah takdir Allah untuk setiap makhluknya, script bagaimana alam semesta akan dijalankan. Tahap ini juga yang disebut sebagai Qadar (pentakdiran/pen-qadar-an/penetapan), kemudian di setiap titik waktu yang telah ditetapkan Allah di kitab tersebut, Allah eksekusi pada saatnya setiap takdir tersebut, dan inilah yang disebut sebagai Qadha (penetapan).
Allah ialah Khalik, selain Allah ialah makhluk.
Pena telah diangkat, dan tinta telah kering, semuanya telah tetap dan tinggal Allah qadha di waktunya ke depan.
Allah Maha Mengetahui yang dulu terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Serta Allah Tahu yang akan terjadi bagaimana apabila tidak terjadi. Ilmu (Pengetahuan) Allah sempurna, Allah Maha Zhahir dan Maha Bathin, Maha Awwal dan Maha Akhir. Tidak ada yang luput dari Pengetahuannya, karena tidak akan pernah ada sesuatu jika tidak Allah jadikan.
Allah Maha Adil dan Tidak Zhalim. Qadarullah (takdir Allah) ada 2:
- Qadarullah Syar'iyyah
Ialah segala sesuatu yang Allah tetapkan sebagai sebuah aturan bagi makhluknya. - Qadarullah Kauniyyah
Ialah segala sesuatu yang Allah realisasikan di alam semestanya.
Contoh: Dalam qadarullah syar'iyyah Allah menetapkan bahwa manusia dilarang mencuri barang milik orang lain, kemudian qadarullah kauniyyah Allah, Allah menetapkan bahwa ada manusia yang mencuri barang milik orang lain. Allah Maha Adil dan tidak zhalim.
Kita mengimani akan qadarullah kauniyyah, akan tetapi berpegang teguh kepada qadarullah syar'iyyah. Sehingga jika manusia yang mencuri tadi melakukan pencurian, ia harus bertaubat. Karena dalam qadarullah syar'iyyah Allah menetapkan agar manusia yang melakukan pencurian bertaubat, tidak boleh seorang tadi mengatakan bahwa "ini kan sudah Allah takdirkan pada qadarullah kauniyyah" walaupun secara takdir itu benar bahwa perbuatan mencurinya ia itu ialah takdir, tapi tetap ia tidak boleh menjadikan qadarullah kauniyyah sebagai justifikasi perbuatan salahnya, karena hukum mengacu pada qadarullah syar'iyyah, semua itu telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum alam semesta diciptakan. Allah Maha Adil dan tidak zhalim.
Do'a dapat merubah takdir, dan ini tidak bertentangan dengan konsep takdir. Seorang hamba berdo'a kepada Allah dengan do'anya tersebut juga bentuk takdir Allah, Allah takdirkan ia untuk berdo'a sehingga Allah kemudian mentakdirkan ia untuk mendapatkan pengkabulan do'anya sesuai yang Allah takdirkan. Allah Maha Adil dan tidak zhalim.
Buah dari beriman kepada takdir diantaranya menjadikan kita tidak sombong atas karunia yang Allah berikan. Ingat!, segala sesuatu selain Allah ialah makhluk, berarti pemilik makhluk tersebut itu Allah. Salaf tidak perlu analogi untuk memahami ini, tapi kita coba berikan untuk membantu pemahaman. Oke, jika Anda memiliki sebuah mobil yang telah Anda beli dan rawat, apakah Anda berhak untuk menetapkan mobil tersebut apakah hendak Anda jadikan mobil yang digunakan sehari-hari? Jawabannya, Ya. Baik, kemudian masih dengan mobil Anda tadi, jika Anda selaku pemilik mobil tersebut dan Anda seorang engineer otomotif, Anda memutuskan agar mobil ini dirusak untuk keperluan Anda sebagai mekanik apakah Anda berhak? Maka jawabannya, Ya itu hak Anda. Apakah saya boleh melarang Anda untuk "Pak, mobilnya jangan dipake buat kegiatan harian ya!" atau saya larang Anda "Pak, kok mobil dirusak begitu!", apakah saya berhak? ingat memiliki "hak" untuk mengatur Anda sebagai pemilik kah? maka jawabannya, saya tidak memiliki hak untuk melarang Anda melakukan apapun terhadap barang-barang Anda, hak Anda mau melakukan apapun terhadap barang Anda. Begitu pula jika Anda memiliki seekor kelinci di rumah, Anda berhak untuk memeliharanya, memberinya makan, menjadikannya teman bermain anak Anda, dan Anda pun berhak untuk menyembelih dan memakannya. Itu sah dan dibenarkan. Maka begitu pula dengan Allah, Allah berhak menjadikan apapun untuk makhluk yang Ia ciptakan. Dan kita sebagai manusia tentunya berharap agar kita termasuk yang Allah tetapkan kebaikan.
Imani takdir tanpa menanyakan "bagaimana" dan "mengapa", sudah imani!.
Tidak benar manusia yang mengatakan bahwa "segala sesuatu itu terjadi tiba-tiba, tidak direncakan sebelumnya". Pun tidak dibenarkan juga mereka yang berkata bahwa "segala sesuatu telah ditakdirkan, maka aku memilih diam saja karena apa-apa yang telah ditakdirkan akan datang kepadaku".
Yang tepat ialah, kita imani bahwa segala sesuatu sudah direncanakan sebagaimana kabar dan perintah Allah untuk memercayainya. Pun kita berusaha apa yang kita bisa untuk lakukan, mengapa? karena Allah yang telah memerintahkannya juga kepada kita.
Jika kita bertanya, "jika segala sesuatu telah ditakdirkan, maka untuk apa kita beramal ini dan itu?", maka ketahuilah bahwa sahabat Nabi sudah menanyakan itu lebih dulu kepada Nabi. Jawaban Nabi ialah wahyu, apa jawaban beliau? "Sudah, beramallah kalian! Karena setiap kalian akan dimudahkan pada apa yang ditakdirkan untuk kalian".
Kunci sukses mengimani takdir ialah:
- Terima dengan ikhlash
- Imani
- Stop dan jangan tanya "bagaimana" dan "mengapa"
Ucapan Allah bukan makhluk, ia bagian dari Dzat Allah. Dari Allah dan kembali kepada Allah.
Begitu pun dengan al-Qur'an, ia adalah Ucapan Allah, Allah berucap akan kalimat-kalimat tersebut dengan bahasa arab sebagaimana yang kita dengar sekarang dari periwayatan shahih al-Qur'an. Itulah kalimat-kalimat yang diucapkan Allah kepada Jibril, kemudian Jibril menyampaikan ucapan Allah tersebut kepada Nabi, kemudian Nabi sampaikan kepada para sahabat, sahabat kepada tabi'in, tabi'in kepada pengikut tabi'in, dan seterusnya berantai hingga hari ini melalui jalur periwayatan al-Qur'an.
al-Qur'an ialah Kalam Allah (Ucapan Allah), bukan makhluk.
Keliru orang yang mengatakan bahwa al-Qur'an ialah makhluk, secara tidak langsung ia telah mengatakan bahwa ada dzat makhluk pada dzat Allah. Mohon untuk beradab yang baik kepada Allah!.
al-Qur'an yang Allah Ucapkan ialah al-Qur'an sebagaimana yang kita dengar. al-Qur'an bukan bahasa jiwa yang diterjemahkan Jibril kemudian dipahami Nabi dan kemudian dikalimatkan lagi oleh Nabi. Ketahuilah bahwa Allah itu dinamis, tidak statis. Allah tetap Maha Sempurna ketika belum meng-qadha takdir yang telah ia tetapkan. Allah selalu Maha Sempurna kapanpun Ia.
Tempatkan filsafat pada ilmu duniawi, karena di sana filsafat berperan penting. Tempatkan sesuatu pada tempatnya. Kalian bisa melihat tulisan ini pun buah dari filsafat yang diterapkan dalam teknologi informasi. Bijak dan konsistenlah, zhalim bermakna menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Beragama itu dengan wahyu, bukan dengan nalar filsafat. Akal dipandu wahyu, karena akal kita memahami bahwa akal itu terbatas.
Semoga Allah merahmati Imam Ahmad bin Hanbal yang telah kokoh, tegar menegaskan aqidah ini di masa beliau.
Tidak dilegalkan melakukan pemberontakan kepada pemerintah, bahkan jika pemerintah itu zhalim, nyata di depan bola matamu langsung tersaksikan. Tidak legal.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara, islam telah memandu kita yang salah satu poinnya ialah menjungjung tinggi nilai kebersamaan dan kondusivitas. Bagaimana pun kebersamaan dengan pemerintah jauh lebih banyak manfaatnya dibanding berpecah dengannya. Selalu dan selalu demikian.
Pemberontakan & kudeta tidak pernah memberikan kontribusi perbaikan dari zaman ke zaman, lihatlah sejarah yang terjadi dan ini bukan ucapanku, tapi ucapan realita kenyataan yang berbicara.
Demonstrasi dengan melakukan unjuk rasa sebagaimana lumrah sekarang terjadi, ini tidak dibenarkan.
"Kan demo juga diizinkan pemerintah, terus harus urus perizinan juga, masa gak boleh? maka jawabannya, TETAP TIDAK BOLEH. Bukankah kisanak yang berbicara demikian ini meyakini juga bahwa "tidak ada keta'atan pada makhluk untuk memaksiati Allah", mohon untuk konsisten. Jangan karena perasaan dan emosimu, kamu tanggalkan konsistensi dan bentuk fair mu terhadap apa yang kamu ketahui dan yakini.
Masalah bernegara ini terlalu luas, fiqih yang mengatur individu dan negara berbeda, terjadi di mana pada sebagian kasus untuk fiqih individu suatu hal diharamkan akan tetapi untuk fiqih bernegara itu dibolehkan, dan itu syar'i.
Sikap yang benar ialah, do'akan kebaikan kepada pemerintahmu, tidak ada peluang kebaikan dari mencela-celanya. Bukankah jika kita berdo'a kepada Allah maka akan membuka peluang untuk dikabulkan? coba untuk konsisten dan jernih dalam berpikir. Bukankah dengan kamu mencela-cela pemerintah setidaknya akan membuka peluang Allah untuk mewujudkan itu juga? maka mohon konsistenlah, jernihkan pikiranmu.
'Ali bin Abi Thalib, sebagaimana namanya beliau adalah salah satu anak dari Abu Thalib. Abu Thalib ini ialah salah satu paman dari paman Nabi. 'Ali dan Nabi dulu dirawat dan dibesarkan bersama-sama di rumah Abu Thalib setelah sebelumnya Nabi diurus oleh selainnya.
'Ali ialah salah satu sahabat Nabi yang mulia, ia termasuk ke dalam 10 sahabat yang dijamin masuk syugra berdasarkan kabar yang ucapan Nabi. Beliau ialah khalifah ke-4 setelah khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar, Umar bi Khattab, dan 'Utsman bin 'Affan. Susunan ini sudah baku dan ditetapkan para salaf, tidak dibenarkan jika susunan khalifah dibalik atau dirandom.
'Ali bukanlah nabi dan bukan juga tuhan. Ia adalah salah satu generasi salaf yang tegas menegakkan sunnah dan memberantas bid'ah.
Keliru mereka yang mengatakan bahwa 'Ali adalah Nabi, bahwa 'Ali adalah Tuhan, bahwa 'Ali adalah Imam diantara belasan Imam. Jauhi manusia seperti itu demi keselamatanmu, masa iya kita percaya kepada orang yang bohongnya ialah ibadah, kamu tahu siapa(?) waspadalah!
Pertanyaan
ke-1 & 3
Indikator pembeda
ahlussunnah vs murji'ah.
Pertanyaan
ke-2
Indikator pembeda
ahlussunnah vs qadariyyah.
Pertanyaan
ke-4
Indikator pembeda
ahlussunnah vs khawarij.
Pertanyaan
ke-5
Indikator pembeda
ahlussunnah vs syi'ah/rafidhah.
5 tanya jawab di atas sudah cukup merepresentasikan siapa kita jika kita bertanya kepada diri sendiri dan siapa juga yang kita tanya apabila kita bertanya kepada orang lain.
Jadikan 5 pertanyaan ini sebagai alat pindai, agar kita selalu berada di circle yang sehat. Sebagai makhluk sosial, kita akan selalu dihadapkan dengan dua pilihan yakni diwarnai atau mewarnai. Masih ingat ucapan Nabi tentang akibat dari pertemanan dengan seorang penjual parfum dan pemandai besi?. Pindailah siapa yang kita akan jadikan teman, siapa yang akan kita jadikan pendamping hidup, siapa yang akan kita jadikan sebagai orang yang kita ambil ilmu darinya, karena keyakinan seseorang akan mewarnai apa yang ia pahami, memengaruhi tindak-tanduk ucap perbuatannya.