Tokoh yang terkenal di kalangan Ahlul Kalam (Filsafat/Mantiq/Logika), yang lebih dari separuh usianya dihabiskan di sana hingga ia jadi rujukan, menulis kitab² kalam, ayah tirinya seorang tokoh di kullabiyyah, ia famous dan memiliki pengikut yang tidak sedikit (yang disebut sebagai "asy'ariyyah"), tapi semua itu beliau tinggalkan dengan ringan ketika hidayah Allah sampaikan kepadanya di usia senja, beliau rujuk dari pemahaman dan gaya beragamanya yg salah selama hidupnya, beliau memilih untuk ber-iltizam menjadi seorang salafiy, bermanhaj ahlussunnah sebagaimana pemahaman Nabi & para salafushshalih. Beliau tidak gengsi dan malu untuk merevisi ucapan dan karya tulisnya yg sudah terlanjur tersebar, diantaranya dengan menulis 4 kitab yg salah satunya ialah al-Ibanah. Rahimahullah.
Sekarang pertanyaanya, kok bisa skrg masih ada yg keukeuh dengan keyakinan Imam Abu Hasan al-Asy'ari yg dulu? Padahal sang imam pencetus keyakinan tsb sudah bertaubat dan berlepas diri dari keyakinannya yg dulu, beliau sudah mengetahui bahwa keyakinannya yg selama ini salah.
Pahami dan yakini ikhwah, Nabi dan salafushshalih meyakini bahwa Allah berada di atas langit, istiwa di atas arsy. Allah bukan berada di mana-mana.
Hal ini sekilas terdengar sepele, padahal kesalahan fatal di bidang aqidah. Jika hal ini tidak penting, maka Nabi dulu tidak akan bertanya kepada seorang hamba sahaya wanita dengan pertanyaan "Di mana Allah?" kemudian Nabi mentazkiyyahnya dengan "wanita mu'min" ketika wanita tsb menjawab pertanyaan tdi dengan "Allah ada di atas langit". Setelah itu Nabi memerintahkan pemilik budak wanita tsb untuk membebaskannya.