Ijtihad kita seorang awam hanya 1, yakni memilih guru. Ahlussunnah mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan, mesti saja ada kekurangan dalam dirinya, termasuk beragamanya, ini diantara hikmah mengapa kita diperintahkan untuk beragama semampunya (istitha'ah), pun ini juga sebagai bentuk qadarullah kauniyyah yang Allah jadikan, Allah ingin menunjukkan mana saja manusia yg mau bertaubat atas kekurangannya dalam menghambakan diri dan mana yang sebaliknya.
Bersamaan dengan diterimanya kondisi di mana adanya kekurangan tadi, ahlussunnah juga menetapkan batasan² di mana saja kekurangan itu dimaklumi, ditolerir, atau malah disangsikan, ini salah satu poin wasathiyyah-nya (proporsionalitas) ahlussunnah. Sehingga wajib dicatat bahwa tidak ada seorang guru yang sempurna, hanya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam saja yang ma'shum (dijaga dari kesalahan). Sehingga andaikata boleh dikalimatkan, "kita panatisme hanya kepada Nabi, adapun kepada selain Nabi maka kita tidak boleh panatis". "Muhammad kyai panutanku".
Cara terefektif untuk menseleksi apakah seseorang layak dijadikan guru atau tidak ialah:
- Tanyakan padanya pertanyaan² ushul agama, perhatikan jawabannya
Bertanya dengan niat megetes seorang guru pada tujuan ini dibenarkan syari'at, tidak ada cela padanya, jadi jangan samakan dengan habit orang yahudi yak, karena ini berbeda. Pada poin terakhir akan kami sampaikan alat paling penting dalam menseleksi seorang guru.
Bab² ushul agama ialah poin² yang mana dari wahyu memang 1 saja, tidak ada silang pendapat, dan orang tidak boleh tampil beda, setiap perbedaan di ushul dinilai kesalahan. Lain hal dengan perkara furu' (khilafiyyah), setiap perbedaan dalam furu' belum barang tentu dinilai kesalahan. Jika kita masih ingat hadits tentang 72 golongan yg tidak selamat dari kalangan kaum muslimin, mereka inilah yang tampil beda dari yang 1 (golongan selamat). 72 sekte ini bisa kita ambil core-nya menjadi 4 sekte, yakni: - Khawarij
Tanya: Apakah sah memberontak kepada pemerintah yang zhalim? (pertanyaan kontemporer: Apakah boleh melakukan demonstrasi atau aksi (damai/rusuh/bela agama) kepada pemerintah walau pemerintah membolehkan?). Apakah indonesia negeri kafir?. Simak jawabannya per huruf olehmu! Lihat mimik wajahnya, jika ia mengatakan tidak boleh kemudian diiringi oleh seruan untuk mendo'akan kebaikan untuk pemerintah, lisan dan hatinya jauh dari su'uzhan dan cacian kepada pemerintah, maka in syaa Allah ia ahlussunnah. Tapi gak cukup, cek soal berikutnya. - Rafidhah
Tanya: Mohon penjelasannya terkait hierarki keutamaan para sahabat!. Jika ia menjawab secara tersusun yakni: 1. Abu Bakar, 2. 'Umar, 3. 'Utsman, 4. 'Ali kemudian ia syarh (detailkan) dengan mengatakan bahwa Ali tidak lebih mulia dari Abu Bakr,'Umar, dan 'Utsman, 'Ali ialah khalifah ke-4 setelah Abu Bakr, 'Umar, dan 'Utsman. Kemudian perhatikan, apakah ia mendo'akan "radhiyallahu 'anhum" bagi keseluruhan sahabat, maka in syaa Allah ia ahlussunnah. BTW, rafidhah ini sekarang lumrah disebut Syi'ah. Ingat, belum cukup, cek pertanyaan berikutnya. - Murji'ah
Tanya: Iman itu apakah cukup "tahu" (yakni dalam hati) doang? atau perlu secara serentak bersamaan antara hati – lisan – dan amal jawarih (fisik/perbuatan)? Jika jawabannya bahwa iman itu harus serentak bersamaan antara 3 komponen tdi, yakni hati – lisan – perbuatan. Kemudian tanyakan apakah Allah itu memiliki Nama² dan Sifat²? Ada berapa? Jika jawabannya bahwa ya benar bahwa Allah memiliki Nama² dan Sifat² yang mana jumlahnya Allah sendiri yang tahu berapa, tidak dibatasi dengan 7 atau 20 atau 99.
Kemudian Nama & Sifat Allah itu ialah bagian dari Dzat-Nya, bukan makhluk, Nama dan Sifat-Nya sesuai dengan Kebesaran dan Keagungan-Nya, tidak seperti makhluk. Jika jawabannya demikian, in syaa Allah ia ahlussunnah. - Qadariyyah
Tanya: Apakah segala sesuatu yang terjadi itu telah ditaqdirkan? atau terjadi begitu saja secara spontan? Jika jawabannya: Yha, benar segala sesuatu yang terjadi di alam semesta memang telah ditaqdirkan jauh sebelum alam semesta itu diciptakan, semuanya telah tetap dan tidak bisa dirubah, tercatat dalam buku induk (lauhul mahfuzh), ini termasuk hal-hal baik maupun buruk, semua telah ditaqdirkan.
Yang dicatat di sana segala hal, bukan hanya hidup, mati, jodoh, rezeki, tapi segala sesuatu, bahkan – mohon maaf – syurga neraka kita pun sudah ditaqdirkan. Kita wajib beriman kepada taqdir yang Allah telah tetapkan itu. Apa² yg terjadi (terealisasi) itulah qadarullah kauniyyah, dan apa² yang Allah atur manusia dengan syari'atnya itulah qadarullah syar'iyyah. Sehingga contoh kita wajib percaya bahwa rezeki telah Allah tetapkan besarannya bagi setiap makhluk (ini sebagai bentuk menerima dan percaya pada qadarullah kauniyyah) dan bersamaan dengan itu kita tetap melakukan usaha seperti bekerja atau berbisnis untuk mencari rezeki itu (ini sebagai bentuk menerima dan percaya kita kepada qadarullah syar'iyyah).
Allah tidak ditanya "kenapa?" "kok gini?" "kok gitu", tapi kita yang ditanya (kelak di akhirat), Allah Maha Adil dan Tidak Zhalim pada apapun yang ditaqdirkannya, semua milik Allah. Do'a benar bisa merubah taqdir, tapi kamu bisa berdo'a dan Allah mengabulkan do'amu juga itu include taqdir yang telah ditetapkan. Ingat pesan nabi terkait beriman pada taqdir "Beramallah kalian!, karena setiap kalian akan dimudahkan pada apa yang memang ditakdirkan untuk kalian". Iman pada taqdir yang benar akan membuahkan optimisme, bukan putus asa. Jika ia jawab demikian dengan hati yang lapang, in syaa Allah ia ahlussunnah.
Jika seorang guru, ustadz, atau masyaikh menjawab pertanyaan tadi dengan benar, maka in syaa Allah ini menunjukkan indikasi kuat bahwa ia seorang ahlussunnah yang mana kita layak menimba ilmu darinya, memercayainya, dan menjadikannya tempat bertanya. Serta patut diketahui 4 sekte tadi (khawarij, rafidhah/syi'ah, murji'ah, dan qadariyyah) ialah ibu kandung dari sekte² sesat setelahnya yang terus beranak-pinak menjadi 72 sekte, setiap sekte membawa pokok pikiran menyimpangnya. Jika jawaban seorang guru tadi tidak salah, maka in syaa Allah ia selamat dari fitnah 4 sekte tadi.
Lebih jauh lagi, di luar konteks mencari guru, 4 Pertanyaan ini juga bisa jadi tools efektif bagi kalian yang hendak memindai calon pasangan kalian ketika masa ta'aruf (saling mengenal), rumah tangga yang sehat agamanya ialah rumah tangga yang memenuhi standar kelaikan tadi.
Tentunya 4 jawaban tadi bukan sebuah batasan dan tentu memiliki rincian yang detail ya teman², silakan merujuk pada buku² ushul sunnah para ahli ilmu yg kredibel.
- Khawarij
Sekarang pertanyaanya, mana bisa kita bertanya hal demikian kalau kita belum belajar? Terus belajar kan perlu guru? Ini akan kami singgung di poin paling terakhir, pada tools yang paling wajib digunakan dalam ikhtiar mencari guru. In syaa Allah di tempatnya akan kami utas.
bersambung ...