- Tanyakan padanya pertanyaan² ushul agama, perhatikan jawabannya. (cek di Part 1)
- Kenapa harus diseleksi? Bukankah niat setiap orang pasti baik ya? Emang siapa yang mau salah?
Yha, tidak ada orang yang mau salah, termasuk kami. Demikian juga dengan niat, setiap orang ketika melakukan aktivitas positif salah satunya beragama pasti berangkat dari niatan positif. Kita masing² punya pemikiran yang beragam, pola pikir yang berbeda, yang itu semua terbangung dari apa yang kita indera selama ini, bersumber dari apa yang dilihat, apa yang diterima, dirasakan, dilakukan, yang terus berulang dan berulang, yang akhirnya kita pilah "ouh ini berdampak baik, maka aku harus ulangi, ouh ini berdampak buruk maka jangan aku ulangi di kemudian hari".
Bicara soal beragama, jika beragama kita demikian, pattern-nya akan mirip sebagaimana gaya beragama orang² filsuf zaman dulu, dan harus diketahui mereka bukan muslim, dan perlu diingat agama selain islam itu salah, demikian prinsip yang Allah ajarkan.
Andai agama dibangun dari hasil pengalaman, penelitian, yang melalui proses uji coba, trial & error, hingga menghasilkan formula, maka formula siapa yang harus dipake? logika siapa yang benar? mungkin kita akan adu argumen hingga putus asa dengan keadaan dan menurunkan harga dengan ucapan "sudah², kalian semua benar" atau jika kondisinya terlalu pelik "udeh², gak ada yang salah ama gak ada yg bener", keluar semua bahasa² peleraian dan kita kembali sibuk dengan aktivitas masing². Apakah begitu?
Allah sudah tau bakal begitu, toh itu qadarullah kan? Allah pun sengaja buat manusia saling berbeda. Tapi Allah yang sama, menuntut kita untuk sama dalam nilai beragama, berislam, semua itu Allah cut dengan wahyu, dengan mengutus rasul. Wahyu dan Rasul ini sifatnya mutlak, hal yang sifatnya "terima saja" karena Allah jamin keamanannya, baik wahyunya, maupun rasul-nya.
Berbicara soal kenapa guru harus diseleksi, ahli ilmu menyimpulkan dari peristiwa² yang telah terjadi bahwa aqidah seorang guru akan mempengaruhi apa yg ia sampaikan. Contoh: - Guru al-Qur'an & bahasa arab yang beraqidah mu'tazilah (sekte menyimpang).
Mu'tazilah ialah sekte yang pakar dalam ilmu bahasa arab, tapi ketika berbicara soal tafsir al-Qur'an maka kaidah bahasa itu mereka langgar. Contoh dalam kasus makna kata "لن" (silakan antum cari detail pembahasannya). - Guru al-Qur'an yg takalluf dalam Ilmu al-Qur'an namun kurang perhatian dengan ilmu ushuluddin.
Guru semacam ini biasanya akan larut dalam pembahasan tajwid dan tajwid, lahn jaliy jadi konsentrasi utamanya, namun lalai dengan prinsip² aqidah, ushul, tafsir, dan terkadang salah kaprah dalam perkara furu'. Atau over-konsen pada ilmu variasi qira'at yang kompleks, lebih jauh lg tak jarang konsentrasinya malah pada tarannum (senandung al-Qur'an) dengan berbagai irama (sikah, jiharkah/'ajam, bayati, rost, nahawand, dll) dengan dalih "bacalah al-Qur'an dengan indah" --yassalam--, udh beda tipis dengan musisi kalo lg pade majelis tarannum. - Guru yang beraqidah khawarij
Guru yg beraqidah khawarij ini cukup riskan dampak pd masyarakat, karena syubhat yg dibawa kadang bersifat sporadisme, semisal mengkritik tajam pemerintah di mimbar² baik dalam kajian atau sholat jum'at, menyerukan jama'ah untuk menentang penguasa dengan seruan boikot² ilegal yang dikemas seolah bela agama atau bela saudara sesama kaum muslimin.
Bahkan tak jarang mereka ikut kerusuhan bersama demonstran di jalanan, atau seminimal²ya ikut mungut sampah bekas aksi demonstrasi di jalanan (you know lah). Patut berhati² juga, khawarij ini secara lahiriah identik sekali dengan ahlussunnah, banyak dari mereka penghafal al-Qur'an, sampai² mungkin dijuluki "keluarga penghafal Qur'an", pakaian syar'I (biasanya bercadar dan tidak isbal), dan identitas² lainnya sering mereka juga pakai. Khawarij ini biangnya terorisme di setiap negeri. Dan kita awam yg melihat pemandangan tadi biasanya mengecap mentah² "ouh jdi gitu ya yg bercadar, yg udh kagak isbal, penghafal qur'an tuh radikal", jadi bijak² dalam menilai, jangan mudah menggeneralisir, karena gaya lahiriah mereka itu belum tentu menunjukkan bahwa ia benar seorang ahlussunnah. - Guru yg islamnya bergaya tasawwuf (cupi --shufi-)
Kalian akan lihat banyak hal aneh jika coba² masuk ke dunia guru yang seperti ini, guru yang seorang mutashowwif biasanya over-konsen pada pembahasan adab, birrul-walidain, ibadah, dzikir, sholawat, tapi lemah dalam pembahasan aqidah atau ushul-ushul agama.
Sekalinya dibahas ushul², yang ada menyimpang, entah itu 'asya'iroh, mu'tazilah, kadang mereka hybrid dengan aqidah² rafidhah. Obsensinya pada hal² ghaib ala dukun², kalian gak usah aneh kalo baru aja dateng langsung disambut "ouhiya saya sudah tau kamu akan datang ke sini 1 minggu lalu" atau "saya sudah tau maksud dan niat kedatanganmu ke sini". Kira² yg begini gampang banget gak memperdaya awam? apalagi dengan carut marut kondisi sosial & ekonomi yg terjadi sekarang? penyumbang bid'ah² yg paling produktif biasanya dari sekte ini, produk bid'ahnya semisal: dzikir berijazah, amalan² tak bercontoh dari salafushshalih, dll. - Guru yang beraqidah rafidhah
Dari sekian sekte yg menyimpang, sekte ini yg sukar dideteksi awam seperti kita. Mengapa? karena di aqidah rafidhah 'bohong' itu salah satu gaya dan kebaikan bagi mereka, istilahnya 'taqiyyah'. Kita gak akan ngeuh kalo dia seorang rafidhah karena di kehidupan bermasyarakat mereka sering bertaqiyyah seolah ahlussunnah, baik dari teknis tata cara ibadah bahkan hal kecil seperti cara berpakaian, mereka sama. Adab mereka manis, legit dah. Tapi aqidah busuknya itu sulit dicium awam, kira² mau percaya gimana pada orang yang mana bohongnya ibadah?
Sekte ini cukup ramai peminat, telebih di kalangan muda. Sudah bukan rahasia, di rafidhah longgar sekali syari'atnya (aku benci mengatakan ini syari'at), seperti nikah mut'ah (kawin kontrak, tanpa wali, tanpa saksi). Guys, kalo urusan harim, gak ada beda antara 'ulama dan awam, pembedanya hanya siapa aja yang Allah bagi rahmat, itu doang, dia yg selamat. - Guru yang beraqidah qadariyyah atau jabriyyah.
Mereka akan menafikan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan, atau sebaliknya mereka menetapkan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan tapi mereka tidak menekankan urgensi usaha dalam meraih hal² penting dalam hidup, "udeh dzikir aja di mesjid, tar juga lu kenyang sendiri, makanan kite mah kulhu, tuh liat mama ajengan tiap hari mojok mulu dzikiran".
- Guru al-Qur'an & bahasa arab yang beraqidah mu'tazilah (sekte menyimpang).
Dan masih banyak lagi jika harus dijelaskan dampak yg timbul dari guru yg tidak lurus ushul agamanya, akibat dari belajar pada seorang guru yang tidak layak dijadikan guru menurut ahlussunnah. Kadang kelakuan mereka ini yg menjadikan nama baik islam yg murni tercemar, entah jadi dipandang bahwa islam itu usang, pemalas, sporadis, pembodohan, dll. Jadilah yg 1 dari 72 yg Allah sengaja jadikan, dan para ulama ahlussunnah mengamati mengapa Nabi ketika memesankan para sahabat agar tegar, tegar, dan tegar dan bersabar di atas sunnah? itu indikasi bahwa menjadi yg 1 itu sulit, 1 lawan 72 itu perbandingan yg bisa dikatakan tidak ideal. Jadi berusahalah, minta petunjuk, dan jujur.
bersambung ...